pttogel Selama berabad-abad, hubungan antara agama dan sains kerap dianggap penuh ketegangan. Namun, sejarah Gereja Katolik menyimpan sisi menarik yang jarang dibicarakan: beberapa Paus ternyata bukan hanya tokoh spiritual, tetapi juga sosok yang terlibat aktif dalam dunia ilmu pengetahuan. Dari astronomi, matematika, hingga teknik sipil, sejumlah Paus bahkan tercatat memiliki latar belakang akademik yang kuat atau memberi kontribusi nyata dalam perkembangan sains.
Berikut adalah kilas balik tentang para Paus yang menekuni ilmu pengetahuan, dan bagaimana mereka ikut mewarnai sejarah sains dari balik dinding Vatikan.
baca juga: attila-syach-3-bulan-cicil-pelunasan-lahan-demi-selamatkan-rumah-inti-atalarik
1. Paus Silvester II (999–1003): Matematika dan Astronomi di Era Kegelapan
Paus Silvester II, yang lahir dengan nama Gerbert d’Aurillac, dikenal sebagai salah satu Paus paling cerdas dalam sejarah awal Gereja Katolik. Ia hidup pada masa yang disebut Dark Ages, namun justru menjadi mercusuar ilmu pengetahuan di Eropa.
Silvester II adalah ilmuwan dalam bidang matematika, astronomi, dan mekanika. Ia belajar di Spanyol, yang saat itu merupakan pusat ilmu pengetahuan Islam, dan membawa kembali ke Eropa pengetahuan tentang angka Arab, sistem desimal, serta astrolabium.
Ia dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan konsep alat ukur waktu mekanik dan penggunaan alat bantu astronomi ke dunia Barat Kristen.
2. Paus Gregorius XIII (1572–1585): Kalender Gregorian, Warisan Sains Abadi
Kalender yang kita gunakan saat ini—kalender Gregorian—merupakan hasil reformasi yang diprakarsai oleh Paus Gregorius XIII. Pada masa itu, kalender Julian sudah tidak lagi akurat dalam mencerminkan posisi matahari dan musim. Hal ini berdampak besar terhadap perayaan-perayaan keagamaan, khususnya Paskah.
Dengan bantuan para ahli astronomi seperti Christopher Clavius, Paus Gregorius XIII meluncurkan reformasi kalender pada tahun 1582. Hasilnya adalah kalender yang lebih akurat secara astronomis, dan digunakan hingga saat ini oleh hampir seluruh dunia.
3. Paus Benediktus XIV (1740–1758): Ilmu Kedokteran dan Eksperimen Ilmiah
Paus Benediktus XIV dikenal sebagai sosok yang berpikiran maju untuk zamannya. Ia mendorong pembelajaran ilmiah, mendukung riset dalam bidang anatomi, fisiologi, dan astronomi, serta memiliki korespondensi aktif dengan ilmuwan terkemuka.
Ia adalah Paus pertama yang menyusun pedoman etis untuk penelitian ilmiah, khususnya dalam bidang bedah otopsi, yang saat itu masih dianggap tabu. Benediktus XIV juga mendukung pendirian observatorium dan institusi-institusi pendidikan ilmiah di bawah naungan Gereja.
4. Paus Pius XII (1939–1958): Kosmologi dan Teori Big Bang
Di tengah Perang Dunia II dan awal Perang Dingin, Paus Pius XII justru menjadi pendukung pemikiran kosmologis yang cukup progresif. Ia dikenal mendukung teori Big Bang sebagai “cocok secara teologis” dengan ajaran penciptaan.
Hal menarik lainnya, teori Big Bang pertama kali dikembangkan oleh Georges Lemaître, seorang imam Katolik dan sekaligus profesor fisika. Paus Pius XII sangat mengapresiasi karya Lemaître, dan dalam pidatonya menyatakan bahwa ilmu dan iman dapat saling melengkapi dalam memahami asal-usul alam semesta.
5. Paus Yohanes Paulus II (1978–2005): Pendukung Harmoni antara Iman dan Ilmu
Meski bukan ilmuwan secara formal, Paus Yohanes Paulus II sangat aktif dalam dialog antara sains dan agama. Ia secara terbuka merehabilitasi nama Galileo Galilei yang dulu dikucilkan oleh Gereja. Dalam pidatonya di Akademi Ilmu Pengetahuan Vatikan pada 1992, Yohanes Paulus II menyatakan bahwa kesalahan Gereja dalam menangani Galileo merupakan pelajaran berharga untuk hubungan antara agama dan sains.
Ia juga mendukung riset genetika, bioteknologi, dan bioetika, selama sejalan dengan prinsip-prinsip moral Katolik.
6. Paus Fransiskus (2013–2023): Sains Lingkungan dan Perubahan Iklim
Paus Fransiskus menempatkan ilmu lingkungan di garis depan misinya. Melalui ensiklik “Laudato Si'” (2015), ia menyampaikan seruan moral kepada dunia untuk melindungi bumi, rumah bersama umat manusia.
Dalam dokumen itu, ia mengutip studi ilmiah tentang perubahan iklim, deforestasi, dan pencemaran, serta menyerukan kerja sama global berbasis sains dan etika untuk menyelamatkan lingkungan. Paus Fransiskus juga mendukung Konferensi COP dan mengajak negara-negara berkembang serta industri besar untuk mengambil tanggung jawab ekologis.
Kesimpulan: Paus, Rudal, dan Ilmuwan—Sains di Balik Jubah Suci
Istilah “RUDAL” di sini bukan merujuk pada senjata militer, tetapi menjadi singkatan simbolik: “Rohaniwan Unggul Dalam Aspek Logika.” Para Paus yang disebutkan di atas adalah contoh bahwa agama dan sains tidak selalu harus berada dalam kutub yang berseberangan.
Gereja Katolik, melalui kepemimpinan beberapa Paus, telah menjadi pelaku aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dari bintang di langit hingga atom di laboratorium, iman dan logika telah menari berdampingan dalam harmoni sejarah.
sumber artikel: www.hollowgroundbarbershop.com