Daftar Kota Termacet di Indonesia 2024 Versi TomTom: Bandung Juara, Jakarta Kelima

Kemacetan lalu lintas masih menjadi momok besar bagi kota-kota besar di Indonesia. pttogel Setiap tahun, kondisi ini menjadi perhatian serius karena memengaruhi produktivitas masyarakat, kualitas hidup, dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu lembaga pemantau lalu lintas terkemuka dunia, TomTom, kembali merilis laporan tahunan bertajuk TomTom Traffic Index 2024. Laporan ini menyoroti tingkat kemacetan di berbagai kota dunia, termasuk kota-kota di Indonesia. Hasilnya cukup mengejutkan: Bandung dinobatkan sebagai kota dengan tingkat kemacetan terburuk di Indonesia, menggeser posisi Jakarta yang selama ini dikenal paling macet.

Metodologi TomTom Traffic Index

TomTom menggunakan teknologi pemantauan berbasis GPS dari jutaan perangkat yang terpasang di kendaraan di seluruh dunia. Laporan ini mengukur waktu tempuh rata-rata untuk jarak 10 kilometer di setiap kota, serta menghitung berapa persen waktu tambahan yang dibutuhkan akibat kemacetan dibandingkan dengan kondisi lalu lintas yang lancar. Data dikumpulkan sepanjang tahun dan dianalisis untuk menghasilkan gambaran yang akurat dan objektif.

Top 5 Kota Termacet di Indonesia Tahun 2024

Berikut adalah lima kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di Indonesia berdasarkan data TomTom Traffic Index tahun 2024:

Peringkat Kota Waktu Tempuh Rata-rata per 10 km Persentase Kemacetan
1 Bandung 32 menit 37 detik 48%
2 Medan 32 menit 3 detik 40%
3 Palembang 27 menit 55 detik 41%
4 Surabaya 26 menit 59 detik 31%
5 Jakarta 25 menit 31 detik 43%

1. Bandung – Peringkat Tertinggi Kemacetan di Indonesia

Bandung mencatat waktu tempuh rata-rata 32 menit 37 detik untuk perjalanan sejauh 10 kilometer. Ini menjadikan ibu kota Provinsi Jawa Barat tersebut sebagai kota termacet di Indonesia tahun 2024. Tingkat kemacetan di Bandung mencapai 48%, yang berarti pengguna jalan menghabiskan hampir setengah lebih waktu di jalan dibandingkan dengan kondisi normal.

Kemacetan di Bandung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Struktur jalan yang sempit dan tidak bertambah seiring pertumbuhan jumlah kendaraan menjadi pemicu utama. Selain itu, Bandung adalah kota tujuan wisata populer, terutama pada akhir pekan dan musim liburan, yang menyebabkan volume kendaraan meningkat tajam dalam waktu singkat. Kurangnya transportasi publik yang memadai juga berkontribusi besar pada tingginya penggunaan kendaraan pribadi.

baca juga: dampingi-prabowo-menag-ungkap-pangeran-mbs-dukung-penuh-proyek-kampung-haji-indonesia-di-arab-saudi

2. Medan – Kota Metropolitan yang Mulai Terjebak Kemacetan

Medan menempati peringkat kedua dengan waktu tempuh rata-rata 32 menit 3 detik. Kota terbesar di Pulau Sumatera ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, diiringi dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang signifikan. Namun, pertumbuhan infrastruktur jalan belum mampu mengejar perkembangan tersebut.

Medan juga menghadapi tantangan dalam penataan kawasan pemukiman dan pusat bisnis yang bercampur dalam satu wilayah, menyebabkan arus kendaraan menjadi padat dan tidak merata.

3. Palembang – Masuk Tiga Besar Kota Termacet

Palembang menunjukkan angka kemacetan yang cukup tinggi dengan waktu tempuh 27 menit 55 detik per 10 kilometer dan tingkat kemacetan sebesar 41%. Meski tidak sebesar Jakarta atau Bandung dari segi populasi, struktur jalan dan keterbatasan jalur alternatif membuat lalu lintas Palembang semakin padat. Kemajuan ekonomi dan kegiatan perdagangan yang semakin berkembang turut memperparah kondisi lalu lintas.

4. Surabaya – Konsisten di Papan Tengah

Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur, mencatat waktu tempuh 26 menit 59 detik dengan tingkat kemacetan 31%. Meskipun masih tergolong tinggi, Surabaya dianggap cukup berhasil dalam mengelola lalu lintas kota jika dibandingkan dengan kota besar lain di Indonesia.

Pemerintah kota Surabaya selama ini cukup aktif melakukan penataan lalu lintas dan pembangunan jalan baru. Namun, meningkatnya jumlah kendaraan pribadi tetap menjadi tantangan utama, terutama di jam-jam sibuk dan kawasan pusat kota.

5. Jakarta – Kemacetan Menurun tapi Masih Masuk Lima Besar

Jakarta berada di peringkat kelima dengan waktu tempuh rata-rata 25 menit 31 detik untuk 10 kilometer dan tingkat kemacetan 43%. Walaupun menurun dari tahun-tahun sebelumnya, kemacetan di Jakarta masih menjadi perhatian besar, terutama karena kota ini merupakan pusat pemerintahan dan bisnis nasional.

Penurunan kemacetan ini diperkirakan merupakan hasil dari pembangunan infrastruktur transportasi publik seperti MRT, LRT, dan TransJakarta yang semakin berkembang. Program ganjil-genap dan pembatasan kendaraan juga turut berkontribusi dalam mengurangi beban lalu lintas. Meski begitu, Jakarta tetap harus berbenah karena angka kemacetannya masih tergolong tinggi secara global.

Penyebab Umum Kemacetan di Kota-Kota Besar

Kemacetan lalu lintas di kota-kota besar Indonesia memiliki akar masalah yang serupa, di antaranya:

  1. Pertumbuhan Kendaraan Pribadi yang Tak Terkendali
    Banyak warga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena angkutan umum dinilai belum aman, nyaman, dan efisien.

  2. Infrastruktur Jalan yang Terbatas
    Pembangunan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan. Banyak kota juga memiliki jaringan jalan lama yang belum diperbarui.

  3. Kurangnya Transportasi Publik Terpadu
    Minimnya integrasi antar moda transportasi membuat masyarakat enggan beralih dari kendaraan pribadi.

  4. Kepadatan Penduduk dan Tata Ruang yang Kurang Baik
    Kawasan bisnis dan permukiman sering tumpang tindih sehingga menciptakan kepadatan lalu lintas yang tidak terdistribusi secara merata.

  5. Tingginya Aktivitas Ekonomi dan Wisata di Area Tertentu
    Kota seperti Bandung dan Palembang mengalami lonjakan kendaraan pada waktu tertentu akibat kegiatan ekonomi dan pariwisata.

Harapan dan Solusi untuk Mengurangi Kemacetan

Untuk mengatasi kemacetan, pemerintah daerah perlu mempercepat pengembangan transportasi umum yang terintegrasi, aman, dan efisien. Selain itu, pengendalian penggunaan kendaraan pribadi melalui pajak kendaraan progresif, pembatasan wilayah, serta kebijakan zona rendah emisi (low emission zone) bisa diterapkan.

Pembangunan jalan tol dalam kota, flyover, dan underpass juga bisa menjadi solusi jangka pendek. Namun yang paling penting adalah merubah perilaku masyarakat agar lebih memilih transportasi publik, bersepeda, atau berjalan kaki jika memungkinkan.

Penutup

Kemacetan di kota-kota besar Indonesia menjadi tantangan serius yang tidak hanya mengganggu mobilitas masyarakat, tetapi juga merugikan ekonomi secara keseluruhan. Bandung yang kini menjadi kota termacet versi TomTom Traffic Index 2024, menjadi cermin nyata bahwa tanpa pengelolaan transportasi yang baik, kemajuan kota justru bisa berbalik menjadi beban.

Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta kebijakan yang berpihak pada transportasi publik dan pengendalian kendaraan pribadi, kemacetan bukanlah masalah yang mustahil untuk diselesaikan. Indonesia membutuhkan kota-kota yang bukan hanya maju secara ekonomi, tetapi juga nyaman dan efisien dalam mobilitas.